kita & LITERASI
Kumpulan catatan tentang tutur literatur
Membaca Kahlil Gibran, di tengah kejahatan perubahan iklim yang aktornya adalah kapitalisme korporasi, bisa jadi satu cara kuno untuk melawan ketidakadilan dengan cara,”mengagungkan kehidupan sederhana, menjalani kehidupan ala lingkungan pedesaan, jauh dari distraksi dan mesinisasi gaya perkotaan,” kata Barbara Young—Karya Laki-laki dari Lebanon Sebuah Studi Khalil Gibran—“Kehidupan semacam inilah yang ingin ditawarkan Gibran tawarkan kepada umat manusia. Kahlil Gibran bukan saja bersyair dan berprosa soal romantikan cinta pada kekasih, ibu dan pernikahan, juga tentang alam, ketidakadilan dan kemiskinan hingga kekuasaan yang korup, tiran dan perbudakan. Di sebuah Ladang Pada waktu istirahat siang aku duduk di sebuah ladang, melakukan percakapan dengan Alam, ketika manusia beristirahat dalam damai di bawah selimut mimpi. Aku berbaring pada rumput hijau dan bermeditasi pada pertanyaan-pertanyaan ini: “Apakah kebenaran itu indah? Apakah keindahan berarti kebenaran?” Dan di dalam pikiranku aku menemukan diriku sendiri dibawa menjauh dari umat manusia, dan imajinasiku mengangkat selubung materi yang telah menyembunyikan jiwa abadi di dalam diriku. Jiwaku mengembang dan aku dibawa mendekat pada alam dan rahasia-rahasianya, dan kedua telingaku menjadi terbuka untuk bahasa keajaibannya. Ketika aku jauh berada dalam pikiranku, aku merasakan angin sepoi menerobos dahan-dahan pohon, dan aku mendengar dahan seperti dahan seperti anak hewan kehilangan induknya. “Mengapa kau mendesah, wahai angin sepoi?”tanyaku. Dan angin menjawab.”Karena aku telah datang dari sebuah kota yang terasa panas akibat sinar matahari, dan bibit penyakit juga kontaminasi memegang erat jubah suciku. Apakah kau bisa menyalahkanku untuk duka laraku? Kemudian aku melihat wajah berurai air mata milik bunga-bunga, dan mendengar ratapan lembut mereka. Dan aku bertanya,”Mengapa kalian mengangis, bunga-bungaku yang cantik?” Salah satu kembang itu mengangkat kepalanya dengan perlahan dan berbisik,”Kami menangis karena manusia akan datang dan memotong kami, dan menawarkan kami dalam penjualan di pasar kota.” Dan bunga yann lain menambahkan,”Pada malam harinya, ketika kami mulai layu, dia akan membuang kami ke dalam timbunan sampah. Kami mengangis karena tangan kejam manusialah yang mencerabut kami dari tempat tinggal asal kami.” Dan aku mendengar sungai berduka seperti orang janda menangisi anaknya yang meninggal dan aku menanyainya,”Mengapa kau mengangis, sungaiku yang jernih?” Dan sungai menjawab,”Karena aku dipaksa pergi menuju ke kota tempat manusia merendahkanku dan menolakku demi minuman yang lebih keras dan membuatku menjadi seakan-akan predator yang selalu lapar dan sampah-sampahnya, mencemari kemurnianku, dan mengubah kebaikan menjadi racun.” Dan aku mendengar burung-burung berduka, dan aku menanyai mereka,”Mengapa kalian menangis burung-burungku yang cantik?” dan salah satu dari mereka terbang mendekat, dan hinggap di ujung dahan kemudian berkata,”Anak cucu Adam akan segera datang menuju ladang ini dengan senjata mereka yang mematikan dan menyerukan perang melawan kami seakan-akan kami adalah musuh bebuyutan bagi mereka, kami sekarang saling berpamitan satu sama lain, karena kami tidak tahu yang mana dari kami akan bisa meloloskan diri dari kegusaran manusia. Kematian mengikuti kami kemana pun kami pergi.” Sekarang matahari muncul dari puncak gunung, dan menyepuh ujung-ujung pepohonan dan koronanya. Aku menikmati keindahan ini dan menanyai diriku sendiri,”Mengapa manusia harus menghancurkan yang telah dibangun oleh Alam?” Inspirasi di atas berasal dari ikatan kuat akan persahabatan dan nilai kemanusiaan Kahlil Gibran. Inspirasi alam selalu berasal dari tanah kelahiran Gibran di Lebanon. Ia lahir pada 6 Januari 1883 di Besharri, Lebanon. Ia terlahir dengan nama Gibran Khalil Jubran. Namanya berubah ketika mendaftar sekolah pada usia 12 tahun di Boston Amerika Serikat menjadi Kahlil Gibran. Dari kampung terisolir di Timur, ia menetap di Barat. Dua budaya yang berbeda. Dari Amerika dia bejalar di Paris. Gibran merantau bersama Ibunya—karena ayahnya dituduh korupsi dan suka mabuk dan judi, dan tidak mau meninggalkan Lebanon—karena kemiskinan. Bukan saja kemiskinan, saat Lebanon dikuasai kerajaan Ottoman, Lebanon dicekam kemiskinan, kesengsaraan, jurang yang dalam antara miskin dan kaya, pertentangan agama, dan perebutan kekuakasaan di antara kerajaan-kerajaan besar. Keadilan di Bumi ini akan menyebabkan para jin mengangisi penyalahgunaan kata tersebut, dan seandainya mereka yang mati menyaksikannya, mereka akan memperolok keadilan di dunia ini. Ya kematian dibagi-bagikan pada para pelanggar hukum ringan Sementara penghargaan, kekayaan, dan kehormatan penuh diberikan kepada pembajak kawankan. Mencuri sekuntum bunga kita sebut jahat,merampok ladang adalah kekesatriaan Yang membunuh raga maka dia harus mati, Yang membunuh jiwa, dia boleh bebas Di manakah tempat keadilan yang berdaulat ketika ia membunuh para pembunuh dan memenjarakan para perampok tapi kemudian menyerang tetangga-tetangganya dan membantai dan menjarahnya besar-besaran? Karya-karya Gibran adalah perlawanan: Ara’is al-muruj (1906) perlawanan terhadap lembaga pernikahan dan korupsi pada lingkungan kependetaan. Spirits Rebellious (1908) sindiran keras yang menyerang orang-orang korup yang dilihatnya, dan karya lainnya. Juga tentang kebebasan. Kita semua menuntut kebebasan berbicara dan kebebasan media walaupun kita tak punya apa-apa untuk dikatakan dan apapun yang layak untuk dimuat Kotanya yang dilanda kemiskinan di Lebanon, Gibran menghibur mereka melalui sepuah sajak. Seorang petani berkata, “Bicaralah pada kami tentang pekerjaan.” Dan dia menjawab: kalian bekerja untuk menyelaraskan diri dengan bumi dan jiwa bumi. Karena bermalas-malasan membuatmu asing bagi musim-musim, dan keluar dari pawai kehidupan, arak-arakan dalam kebesaran dan kebanggaan akan kepatuhan terhadap yang maha tak terhingga. Ketika kalian bekerja, kalian adalah seruling yang ditiup oleh sang pemilik hati mengubah waktu menjadi musik, siapa diantara kalian yang akan menjadi buluh yang membisu sepi ketika yang lain bernyanyi bersama serentak? Selalu dikatakan pada kalian bahwa bekerja adalah sebuah kutukan dan memburuh adalah sebuah kesialan. Tetapi kukatakan pada kalian bahwa ketika kalian bekerja kalian mengisi bagian dari mimpi terjauh dari bumi, yang ditugaskan kepada kalian saat mimpi itu lahir dan di dalam menjaga diri kalian untuk selalu bekerja kalian berada dalam kehidupan cinta sejatidan mencintai hidup melalui bekerja membuat kalian intim dengan rahasia terdalam kehidupan Dan apakah bekerja dengan cinta itu? Adalah menenun pakaian dengan benang-benang yang ditarik dalam hatimu seakan-akan kekasihmu yang akan memakainya adalah membangun sebuah rumah dengan kasih sayang seakan-akan kekasihmu yang akan menempatinya adalah menabur benih dengan kelembutan dan menuai panen dengan riang seakan-akan kekasihmu yang akan menikmatinya Dan jika kalian tak bisa bekerja dengan cinta melainkan dengan kebencian maka lebih baik kalian meninggalkan pekerjaan dan duduk di gerbang kuil untuk menerima sedekah dari mereka yang bekerja dengan riang karena jika kalian memanggang roti dengan acuh tak acuh kalian akan menghasilkan roti pahit yang hanya memenuhi setengah lapar dan bila kalian dengan ogah-ogahan memeras anggur kalian menyuling racun di dalam minuman dan apabila kaolin bernyanyi seindah para malaikat tapi tanpa cinta, kalian hanya menutupi telinga manusia dari suara-suara hari dan suara-suara malam Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat pada usinya ke 12 tahun (1894) dan tinggal di sana hingga meninggal pada usia 48 tahun. Selama 36 tahun hanya dua kali Gibran kembali ke Lebanon. Gibran amat mencitai Besharii. Ia terletak di dataran tinggi di tepi salah satu ngarai terdalam Wadi Qadisha. Zaman Girbran kecil hanya ada jalan setapak kecil menuju gunung, melalui pinggiran kota, kemudian turun menuju pintu masuk kota yang padat dengan rumah-rumah, yang dibangun dari batu yang sewarna gading dan atap genteng merah tua. Di dekat rumah Gibran ada hutan cedar. Ia sering berjalan-jalan, tidur, dan bermeditasi di bawah pohon cedar. Ia membaca tentang dewa-dewa purba dan sejarah tentang cedar. Kayu cedar dan pohonnya digunakan di dalam istana kerajaan kuno Abbyria Babylonia, dan di kuil-kuil Jerusalem, dan peti mati raja. Karena ketika cinta merindukan kampung halaman, ia akan mengikis ukuran waktu dan kedalaman Agaknya, membaca Kahlil Gibran, meredakan sejenak atau melupakan sejenak penyakit dan derita yang sedang kita alami di tengah kita sedang berjuang menyelamatkan makhluk ekologis. Oleh : Made Ali Tulisan bisa juga dapat dibaca di https://madealikade.wordpress.com/2017/11/09/kahlil-gibran/#more-2428
0 Comments
Leave a Reply. |
KontributorKami adalah sekumpulan orang yang terikat hubungan pertemanan yang kebetulan suka membaca. Kami mencintai buku dan pengetahuan di dalamnya untuk kebaikan semesta alam. Arsip
January 2018
Kategori |