kita & LITERASI
Kumpulan catatan tentang tutur literatur
Penerjemah: Chandra Agusta
Jadi, katakanlah aku sekarang sudah mati, atau aku membuka swalayan binatu, yang pertama di Israel. Aku menyewa sebuah tempat kecil, agak kumuh, di sisi selatan, dan semuanya bercat warna biru. Awalnya, hanya ada empat mesin dan dispenser khusus yang menjual token. Lalu aku memasang TV dan bahkan mesin pinball. Atau, kalau nggak, aku di lantai kamar mandi dengan peluru di kepalaku. Ayahku menemukanku. Awalnya, dia nggak memperhatikan ada darah berceceran. Dia pikir aku sedang tertidur atau bermain salah satu permainan bodohku. Ketika dia menyentuh tengkukku dan merasakan sesuatu yang panas dan lengket mengalir dari jari-jari ke lengannya barulah ia menyadari ada sesuatu yang salah. Orang yang datang untuk mencuci ke binatu mandiri adalah orang yang kesepian. Kau nggak harus menjadi jenius untuk tahu itu. Dan aku, jelas bukan orang jenius, dan aku menyadarinya. Makanya aku selalu berusaha menciptakan suasana binatu yang akan membuat orang merasa nggak terlalu kesepian. Kupasang banyak TV. Dispencer yang bisa ngomong terima kasih dengan suara manusia untuk membeli token, gambar demonstrasi massa di dinding. Meja-meja untuk melipat cucian kupasang sehingga orang-orang harus menggunakannya pada waktu bersamaan. Bukan karena aku pelit; itu memang disengaja, ada tujuannya. Banyak pasangan bertemu di tempatku karena meja-meja itu. Orang-orang yang dulu kesepian sekarang memiliki seseorang, mungkin lebih dari satu, yang berbaring di sebelah mereka di malam hari, mendusel-dusel saat mereka tidur. Hal pertama yang dilakukan ayahku adalah mencuci tangannya. Baru kemudian ia memanggil ambulans. Cuci tangan itu akan sangat mahal harganya. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri sampai hari kematiannya. Dia bahkan akan malu untuk memberitahu orang-orang. Bagaimana anaknya terbaring di sana di sampingnya, sekarat, dan dia, alih-alih merasakan kesedihan atau sayang atau takut, malah merasa jijik. Binatu itu akan segera menjamur, dengan banyak cabang, terutama di Tel Aviv, tapi akan bagus juga di pinggiran kota. Logika di balik kesuksesannya cukup sederhana — dimanapun ada orang yang kesepian dan cucian kotor, mereka akan selalu mendatangiku. Setelah ibuku meninggal, ayahku pun akan datang ke salah satu cabang binatu itu untuk mencuci pakaiannya. Dia nggak akan pernah bertemu dengan seorang wanita atau menjalin hubungan pertemanan di sana, tapi kemungkinan bahwa dia akan mengunjungi binatu itu setiap saat, akan memberinya sedikit harapan. diterjemahkan secara bebas — dengan bantuan google translate, pastinya — dari cerpen Etgar Keret berjudul Dirt, dalam kumpulan cerpen berjudul The Nimrod Flipout, yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke bahasa Inggris oleh Sondra Silverston
0 Comments
Leave a Reply. |
KontributorKami adalah sekumpulan orang yang terikat hubungan pertemanan yang kebetulan suka membaca. Kami mencintai buku dan pengetahuan di dalamnya untuk kebaikan semesta alam. Arsip
January 2018
Kategori |